Pembaca, Tidak bisa dipungkiri, semua wanita pasti ingin terlihat cantik setiap saat. Senang rasanya bila kecantikan Anda dilirik oleh lawan jenis Anda. Bahkan banyak Wanita rela menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk membuat dirinya terlihat sempurna, banyak mengeluarkan biaya untuk bisa menjadi cantik.
Namun, bagaimana cara untuk menjadi cantik di saat harus dengan waktu yang singkat. Seperti dikutip All Women Stalk, ini dia cara mempersingkat waktu merias diri.
1. Tisu Pembersih Wajah atau Toner
Tisu Pembersih Wajah atau Toner akan mempersingkat waktu untuk membersihkan wajah Anda. Tidak perlu Anda menggunakan sabun wajah, hanya dengan cara ini, Anda tetap bisa membuat wajah kembali bersinar tanpa harus membersihkannya dengan air.
2. Make-up Simple untuk Mata
Make-up Simple untuk Mata. Janganlah Anda berlebihan pada saat Anda membingkai mata. Pakailah cara sederhana saja. Coba Anda gunakan eyeliner untuk mempertajam mata. Kemudian, manfaatkan warna natural di bawah alis dan Anda bisa menambahkan maskara sebagai pelengkap untuk membuat bulu mata Anda semakin lentik.
3. Cucilah Rambut Anda dengan Dry Shampo
Di saat Anda sedang terburu-buru dan tidak sempat mencuci rambut, janganlah Anda memaksakan mencuci rambut menggunakan shampo dan kondisioner. Selain hanya memakan waktu, penampilan Anda menjadi kurang sempurna karena rambut yang basah. Bagaimana solusinya ? Solusinya adalah dengan menyemprotkan dry shampo atau shampo kering. Dry shampo bisa dibeli di salon, toko kosmetik dan supermarket seperti Food Hall.
4. Cepol Rambut Saat Tidur untuk Menghasilkan Efek Keriting
Jangan buang-buang waktu Anda untuk mengeriting rambut pada pagi hari. Agar rambut lebih bervolume dan memiliki efek curly, Anda bisa lakukanlah pada malam hari. Bagaimana caranya ? Caranya dengan mencepol rambut tinggi-tinggi, biarkan hingga esok hari. Hasilnya, rambut akan menjadi lebih bergelombang. Selain itu rambut akan lebih sehat karena Anda tidak menggunakan curly iron yang dapat merusak rambut.
5. BB Cream
Cara praktis untuk mendapatkan pelembab, sunblock dan foundation pada wajah adalah dengan menggunakan BB Cream. BB Cream memiliki formula yang lengkap yakni untuk merawat kulit, melembabkan, memiliki kandungan SPF sebagai sunblock serta berwarna seperti foundation, sehingga warna kulit menjadi rata dan Anda tidak perlu lagi menggunakan foundation atau pun bedak.
Rabu, 09 Desember 2015
Minggu, 01 November 2015
Askep ARDS : Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Askep ARDS : Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan:
Intervensi :
Mandiri:
Kolaborasi :
Rasional :
Mandiri:
Diagnosa Keperawatan 2. Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan:
Kriteria hasil:
Mandiri:
Mandiri:
Diagnosa Keperawatan 3. : Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan:
Ditandai dengan:
Mandiri:
Rasional :
Kolaborasi:
Diagnosa Keperawatan 4. Ansietas
berhubungan dengan:
Mandiri:
Kolaborasi:
Rasional :
Mandiri :
Diagnosa Keperawatan 5. Kurangnya pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, kebutuhan terapi
berhubungan dengan:
Intervensi :
Mandiri:
Rasional :
Sumber : rusiindahyani.blogspot.co.id
Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan:
- Kehilangan fungsi silia jalan napas (hipoperfusi).
- Peningkatan jumlah/viskositas secret paru.
- Meningkatnya tahanan jalan napas (edema interstisial).
- Laporan dispnea.
- Perubahan kedalaman/frekuensi pernapasan, penggunaan otot aksesori untuk bernapas.
- Batuk (efektif atau tidak efektif) dengan/tanpa produksi sputum.
- Ansietas/gelisah.
- Menyatakan/menunjukkan hilangnya dispnea.
- Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/tak ada ronki.
- Mengeluarkan secret tanpa kesulitan.
- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan bersihan jalan napas.
Intervensi :
Mandiri:
- Catat perubahan upaya dan pola bernapas.
- Observasi penurunan ekspansi dinding dada dan adanya/peningkatan fremitus.
- Catat karakteristik bunyi napas.
- Catat karakteristik batuk (missal, menetap, efektif/tak efektif) juga produksi dan karakteristik sputum.
- Pertahankan posisi tubuh/kepala tepat dan gunakan alat jalan napas sesuai kebutuhan
- Bantu dengan batuk/napas dalam, ubah posisi dan penghisapan sesuai indikasi.
Kolaborasi :
- Berikan oksigen lembab, cairan IV: berikan kelembaban ruangan yang tepat.
- Berikan terapi aerosol, nebulizer ultrasonic.
- Bantu dengan/berikan fisoterapi dada, contoh drainase postural: perkusi dada/vibrasi sesuai indikasi.
- Berikan bronkidilator, contoh aminofilin, albuterol (proventil): isoetarin (bronkosol) dan agen mukolitik, contoh asetikistein (Mucomyst), guaifenesin (Robitussin).
- Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardia, hipertensi, tremor, insomnia.
Rasional :
Mandiri:
- Penggunaan otot interkosta/abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernapas.
- Ekspansi dada terbatas atau tak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan secret dalam seksi lobus. Konsolidasi paru dan pengisian cairan dapat meningkatkan fremitus.
- Bunyi napas menunjukkan aliran udara melalui pohon trakeobronkial dan dipengaruhi oleh adanya cairan, mucus, atau obstruksi aliran udara lain. Mengi dapat merupakan bukti konstriksi bronkus atau penyempitan jalan napas sehubungan dengan edema. Ronki dapat jelas tanpa batuk dan menunjukkan pengumpulan mukus pada jalan napas.
- Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/etiologi gagal pernapasan. Sputum, bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, dan atau purulen.
- Memudahkan memelihara jalan napas atau paten bila jalan napas pasien dipengaruhi mis., gangguan tingkat kesadaran, sedasi dan trauma maksilofasial.
- Pengumpulan sekresi mengganggu ventilasi atau edema paru dan bila pasien tidak diintubasi, peningkatan masukan cairan oral dapat mengencerkan/meningkatkan pengeluaran.
- Kelembaban menghilangkan dan memobilisasi secret dan meningkatkan transport oksigen.
- Pengobatan dibuat untuk mengirimkan oksigen/bonkodilatasi/kelembaban dengan kuat pada alveoli dan untuk memobilisasi secret.
- Meningkatkan drainase/ eliminasi secret paru ke dalam sentral bronkus, dimana dapat lebih siap dibatukan atau dihisap keluar. Meningkatkan efesiensi penggunaan otot pernapasan dan membantu ekspansi alveoli.
- Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas secret, memperbaiki ventilsi dan memudahkan pembuangan secret.
- Memerlukan perubahan dosis/pilihan obat.
Diagnosa Keperawatan 2. Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan:
- Akumulasi protein dan cairan dalam interstisial/area alveolar.
- Hipoventilasi alveolar.
- Kehilangan surfaktan menyebabkan kolaps alveolar.
- Takipnea, penggunaan otot aksesori, sianosis.
- Perubahan GDA, gradien A-a, dan tindakan pirau.
- Ketidakcocokan ventilasi/perfusi dengan peningkatan ruang mati dan pirau intrapulmonal.
Kriteria hasil:
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan.
- Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam kemampuan/situasi.
Mandiri:
- Kaji status pernapasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi/upaya pernapasan atau perubahan pola napas.
- Catat adanya/tidak adanya bunyi napas dan adanya bunyi tambahan, contoh krakels, mengi.
- Kaji adanya sianosis.
- Observasi kecendrungan tidur, apatis, tidak perhatian, gelisah, bingung, somnolen.
- Auskultasi frekuensi jantung dan irama.
- Berikan periode istirahat dan lingkungan tenang.
- Tunjukkan/dorong penggunaan napas bibir bila diindikasikan.
- Berikan oksigen lembab dengan masker CPAP sesuai indikasi.
- Bantu dengan/berikan tindakan IPPB.
- Kaji seri foto dada.
- Awasi/gambarkan seri GDA/oksimetri nadi.
- Berikan obat sesuai indikasi contoh steroid, antibiotic, bronkodilator, ekspektoran
Mandiri:
- Takipnea adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan upaya pernapasan dapat menunjukkan derajat hipoksemia.
- Bunyi napas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit. Kreleks adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti kronstriksi bronkus dan/atau penyempitan jalan napas sehubungan dengan mukus/edema.
- Penurunan oksigenasi bermakna (desaturasi 5g hemoglobin)terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat, contoh lidah, bibir, dan daun telinga adalah paling indikatif dari hipoksemia sistemik. Sianosis perifer kuku/ekstreminitas sehubungan dengan vasokontriksi.
- Dapat menunjukkan berlanjutnya hipoksemia dan/atau asidosis.
- Hipoksemia dapat menyebabkan mudah terangsang pada miokardium, menghasilkan berbagai disritmia.
- Menghemat energy pasien, menurunkan kebutuhan oksigen.
- Dapat membantu khususnya untuk pasien yang sembuh dari penyakit lama/berat, mengakibatkan destruksi parenkim paru.
- Memasimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran, dengan tekanan jalan napas positif kontinu.
- Meningkatkan ekspansi penuh paru untuk memperbaiki oksigenasi dan untuk memberikan obat nebulizer ke dalam jalan napas. Intubasi dan dukungan ventilasi diberikan bila PaO2 kurang dari 60 mmHg dan tidak berespons terhadap peningkatan oksigen murni (FIP2).
- Menunjukkan kemajuan atau kemunduran kongesti paru.
- Menunjukkan ventilasi/oksigenasi dan status asam/basa. Digunakan sebagai dasar evaluasi keefektifan terapi atau indicator kebutuhan perubahan terapi.
- Pengobatan untuk SDPD sangat mendukung lebih besar atau dibuat untuk memperbaiki penyebab SDPD dan mencegah berlanjutnya dan potensial komplikasi fatal hipoksemia. Steroid menguntungkan dalam menurunkan inflamasi dan meningkatkan produksi surfaktan. Bonkodilator/ekspektoran meningkatkan bersihan jalan napas. Antibiotic dapat diberikan pada adanya infeksi paru/sepsis untuk mengobati pathogen penyebab.
Diagnosa Keperawatan 3. : Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan:
- Gangguan mekanisme regulasi.
- Kelebihan asupan cairan.
- Kelebihan asupan natrium.
Ditandai dengan:
- Edema.
- Gangguan elektrolit.
- Perubahan pola pernapasan.
- Asupan melebihi haluaran.
- Efusi pleura.
- Dispnea.
- Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan/keluaran, berat stabil, tanda-tanda vital dalam batas normal dan tidak ada edema.
Mandiri:
- Pantau pemasukan/pengeluaran. Hitung keseimbangan cairan, catat kehilangan kasat mata. Timabang berat badan sesuai indikasi.
- Evaluasi turgor kulit, kelembaban membran mukosa, adanya edema dependen/umum
- Pantau tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan). Auskultasi bunyi napas, catat adanya krekel.
- Kaji ulang kebutuhan cairan
- Hilangkan tanda bahaya dan ketahui dari lingkungan.
- Anjurkan pasien untuk minum dan makan dengan perlahan sesuai indikasi.
- Berikan cairan IV melalui alat control
- Pemberian anti emetic, contoh: proklorperazin meleat (compazine), trimetobenzamid (tigan), sesuai indikasi.
- Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, contoh: Hb/Ht, BUN/kreatinin, protein plasma, elektrolit.
Rasional :
- Evaluator langsung status cairan. Perubahan tiba-tiba pada berat badan dicurigai kehilanagn/retensi cairan.
- Indicator langsung satatus cairan/perbaikan keseimbangan.
- Kekurangan cairan mungkin dimanisfestasikan oleh hipotensi dan takikardi, karena jantung mencoba untuk mempertahankan curah jantung. Kelebihan cairan/terjadinya gagal mungkin dimanifestasikan oleh hipertensi, takikardi, takipnea, krekels, distress pernafasan.
- Tergantung pasa situasi, cairan dibatasi atau diberikan terus. Pemberian informasi melibatkan pasien pada pembuatan jadwal dengan kesukaan individu dan meningkatkan rasa terkontrol dan kerjasama dalam program.
- Dapat menurunkan rangsanagan pusat muntah.
- Dapat menurunkan terjadinya muntah bila mual.
Kolaborasi:
- Cairan dapat dibutuhkan untuk mencegah dshidrasi, meskipun pembatasan cairan mungkin diperlukan bila pasien GJK
- Dapat membantu menurunkan mual/muntah (berkerja pada sentral, dari pada dig aster) meningkatkan pemasukan cairan/makanan
- Mengevaluasi satus hidrasi, fungsi ginjal dan penyebab/efek ketidak seimbangan.
Diagnosa Keperawatan 4. Ansietas
berhubungan dengan:
- Krisis situasi.
- Ancaman/perubahan status kesehatan.
- Faktor psikologis (hipoksemia).
- Menyatakan masalah sehubungan dengan perubahan kejadian hidup.
- Peningkatan tegangan dan tak berdaya.
- Ketakutan, takut, gelisah.
- Menyatakan kesadaran terhadap ansietas dan cara sehat untuk mengatasinya.
- Mengakuai dan mendiskusikan takut.
- Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani.
- Menunjukkan pemecahan masalah dan penggunaan sumber efektif.
Mandiri:
- Observasi peningkatan kegagalan pernapasan, agitasi, gelisah, emosi labil.
- Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsang. Jadwalkan perawatan dan prosedur untuk memberikan periode istirahat tak terganggu.
- Tunjukkan/bantu dengan teknik relaksasi, meditasi, bimbingan imajinasi.
- Identifikasi persepsi pasien terhadap ancaman yang ada oleh situasi.
- Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan.
Kolaborasi:
- Berikan sedative sesuai indikasi dan awasi efek merugikan.
Rasional :
Mandiri :
- Memburuknya hipoksemia dapat menyebabkan atau meningkatkan ansietas.
- Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan energy.
- Memberikan kesempatan untuk pasien menangani ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol.
- Membantu pengenalan ansietas /takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu untuk individu.
- Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah terhadap identifikasi dan ekspresi. Mendorong penerimaan situasi dan kemampuan diri untuk mengatasi.
- Membantu pasien menerima apa yang terjadi dan dapat menurunkan tingkat ansietas/takut karena tak tahu. Salah meyakinkan tidak membantu, karena baik perawat dan pasien mengetahui hasil akhirnya.
- Focus perhatian pada keterampilan pasien yang telah dilalui, meningkatkan rasa control diri.
- Meningkatkan penurunan ansietas melihat orang lain tetap tenang. Karena ansietas dapat menular, bila orang terdekat/staf memperlihatkan ansietas mereka, kemampuan koping pasien dapat dengan mudah dipengaruhi.
- Akui kenyataan stress tanpa menyangkal atau meyakinkan bahwa segalanya akan baik. Berikan informasi tentang tindakan yang akan diambil untuk memperbaiki/menghilangkan kondisi.
- Identifikasi teknik yang telah digunakan pasien sebelumnya untuk mengatasi ansietas.
- Bantu orang terdekat untuk berespons positif pada pasien/situasi.
- Mungkin diperlukan untuk membantu menangani ansietas dan meningkatkan istirahat. Namun efek samping seperti depresi pernapasan sapat membatasi atau kontraindiksi untung menggunakannya.
Diagnosa Keperawatan 5. Kurangnya pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, kebutuhan terapi
berhubungan dengan:
- Kurang informasi.
- Kesalahan interpretasi informasi.
- Kurang mengingat.
- Permintaan informasi.
- Pernyataan masalah.
- Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi.
- Menggambarkan/menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.
- Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medic.
- Membuat rencana untuk perawatan lanjut.
Intervensi :
Mandiri:
- Pacu belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Berikan informasi dalam cara yang jelas/ringkas. Kaji potensial kerjasama dalam program pengobatan dirumah. Termasuk orang terdekat sesuai indikasi.
- Berikan informasi yang berpusat pada penyebab/timbulnya proses penyakit pada pasien/orang terdekat.
- Anjurkan dalam tindakan pencegahan, bila diperlukanDiskusikan menghindar kerja berlebihan dan pentingnya mempertahankan periode istirahat teratur. Hindari lingkungan dingin dan orang yang sedang infeksi.
- Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat, contoh tujuan, efek samping, rute, dosis, jadwal.
- Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan makanan tinggi kalori.
- Berikan pedoman untuk aktivitas.
- Tunjukan teknik bernapas adaptif dan cara menurunkan kebutuhan energy selama melakukan aktivitas sehari-hari.
- Diskusikan evaluasi perawatan, contoh kunjungi dokter, tes diagnostic fungsi paru, dan tanda/gejala yang memerlukan evaluasi/intervensi,
- Bantu membuat rencana memenuhi kebutuhan individu setelah pulang.
Rasional :
- Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energy untuk penerimaan informasi/tugas baru. Khususnya orang terdekat memerlukan keterlibatan bila proses penyakit berat atau berubah untuk batasan kesembuhan.
- SDPD/ARDS adalah komplikasi dari proses lain, bukan diagnose utama. Pasien/orang terdekat sering bingung dengan terjadinya pada sistem pernapasan “sehat” sebelumnya.
- Penurunan tahanan menetap selama periode waktu setelah operasi. Kontrol/menghindari pemajanan pada factor lingkungan, seperti asap/debu, reaksi alergis, atau infeksi diperlukan untuk menghindari komplikasi lanjut.
- Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program pengobatan.
- Pasien dengan masalah pernapasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisi untuk penyembuhan.
- Pasien harus menghindari terlalu lelah dan mengimbangi periode istirahat dan aktivitas untuk meningkatkan regangan/stamina dan mencegah konsumsi/kebutuhan oksigen berlebihan.
- Kondisi lemah dapat membuat kesulitan untuk pasien menyelesaikan tindakan sedarhana pun.
- Pemahaman alasan dan kebutuhan mengikuti evaluasi perawatan, juga kebutuhan untuk perhatian medic meningkatkan partisipasi pasien dan dapat meningkatkan kerjasama dengan program pengobatan.
- Memungkinkan kembali ke rumah sementara tetap memberikan dukungan yang diperlukan selama periode penyembuhan/perbaikan.
Sumber : rusiindahyani.blogspot.co.id
Pengertian ARDS Menurut Para Ahli
Pengertian ARDS Menurut Para Ahli
ARDS adalah Suatu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan luas alveolus dan/atau membrane kapiler paru. ARDS selalu terjadi setelah suatu gangguan besar pada system paru, kardiovaskuler, atau tubuh secara luas. (Ellizabeth J. Corwin, 1997)
Gagal nafas akut /ARDS adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)
ARDS adalah keadaan darurat medis yang dipicu oleh berbagai proses akut yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru. (Aryanto Suwondo,2006).
ARDS adalah bentuk khusus dari kegagalan pernapasan yang ditandai dengan hipoksemia yang jekas dan tidak dapat diatasi dengan penanganan konvensional. ARDS diawalai dengan berbagai penyakit yang srius yang pada akhirnya mengakibatkan edema paru-paru difus nonkardiogenikyang khas. (Sylvia A. price & Lorraine M. Wilson, 1995)
Gagal nafas akut/ARDS terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)
ARDS adalah Suatu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan luas alveolus dan/atau membrane kapiler paru. ARDS selalu terjadi setelah suatu gangguan besar pada system paru, kardiovaskuler, atau tubuh secara luas. (Ellizabeth J. Corwin, 1997)
Gagal nafas akut /ARDS adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)
ARDS adalah keadaan darurat medis yang dipicu oleh berbagai proses akut yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru. (Aryanto Suwondo,2006).
ARDS adalah bentuk khusus dari kegagalan pernapasan yang ditandai dengan hipoksemia yang jekas dan tidak dapat diatasi dengan penanganan konvensional. ARDS diawalai dengan berbagai penyakit yang srius yang pada akhirnya mengakibatkan edema paru-paru difus nonkardiogenikyang khas. (Sylvia A. price & Lorraine M. Wilson, 1995)
Gagal nafas akut/ARDS terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)
Selasa, 27 Oktober 2015
12 Model Konsep dan Teori Keperawatan
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan. Teori itu sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari oleh fakta-fakta yang telah diobservasi tetapi kurang absolute atau bukti secara langsung.
Macam-Macam Model Konsep dan Teori Keperawatan
1. Model Konsep dan Teori Keperawatan Florence Nightingale
Model konsep ini memposisikan lingkungan adalah sebagai fokus asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan atau tindakan keperawatan lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan.
Lingkungan, kebersihan, ketenangan, dan nutrisi yang adequate, dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain.
2. Model Konsep dan Teori Keperawatan Faye Abdellah
Model konsep ini difokuskan dalam pemberian asuhan keperawatan bagi manusia pada intinya adalah memberikan kebutuhan secara fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual bagi para pasien maupun keluarga. Sehingga perawat perlu pendekatan dengan hubungan interpersonal, psikologi , pertumbuhan dan perkembangan manusia, komunikasi dan sosiologi.
4 Kategori Kebutuhan Manusia menurut Teori Abdellah :
- Kenyamanan
- Kebersihan
- Keamanan
- Keseimbangan fisiologi
3. Model Konsep dan Teori Keperawatan Peplau
Model konsep dan teori keperawatan peplau ini menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup proses interpersonal, perawat-klien, dan masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit.
Proses interpersonal yang di maksud antara perawat dengan klien ini memiliki empat tahap yaitu :
- Fase Orientasi
- Fase identifikasi
- Fase eksplorasi
- Fase resolusi
Model Konsep dan Teori Keperawatan Ida Orlando ( Teori Orlando)
Teori Orlando difokuskan pada perilaku klien menurut kebutuhan.
3 Konsep Penting menurut Orlando:
- Perilaku klien
- Reaksi perawat
- Tindakan keperawatan
4. Model Konsep dan Teori Keperawatan Myra Levine ( Teori Levine)
Model konsep ini memandang klien sebagai makhluk hidup terintegrasi yang saling berinteraksi dan beradapatasi terhadap lingkungannya. Dan intervensi keperawatan adalah suatu aktivitas konservasi, dan konvervasi energi adalah bagian yang menjadi pertimbangan. Kemudian sehat menurut Levine itu dilihat dari sudut pandang konvervasi energi, sedangkan dalam keperawatan terhadap empat konservasi diantaranya energi klien, struktur integritas, integritas personal dan itegritas sosial, sehingga pendekatan asuhan keperawatan ditunjukan pada penggunaan sumber-simber kekuatan klien secara optimal (Potter dan Perty, 1997).
5. Model Konsep dan Teori Keperawatan Dorothea Orem (Teori Orem)
Dorothea Orem (Model Self Care) ialah pengertian bahwa bentuk pelayanan keperawatan dipandang dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan, kesehatan, kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit, yang ditekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri, mengatasai masalah keterbatasan serta mempertahankan dan menjaga kemampuan pasien dalam perawatan diri.
6. Model konsep dan teori keperawatan sister calista roy.
Merupakan model dalam keprawatan yang menguraikan bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahankan perilaku secara adaptif serta mampu merubah perilaku yang mal adaptif.
Calista roy mengemukakan konsep keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau keyakinan serta nilai yang dimilikinya antara lain:
- Manusia sebagai makhluk biologi,psikologi,dan sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya.
- Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.
- Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia.
- Sistem adaptasi memiliki empat mode adaptasi yaitu, fungsi fisiologis, konsep diri,fungsi peran, dan interdependent.
- Proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan ke unggulan sehingga akan meningkatkan respon adaptif
7. Model Konsep dan teori keperawatan Betty Neuman (teori Neuman)
Model konsep ini adalah model konsep health care system yaitu model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan penurunan stres dengan memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan adalah komunitas
Betty Neuman dalam memahami konsep keperawatan ini memiliki dasar pemikiran yang terkait dengan komponen paradigma yaitu memandang manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dan merupakan satu kesatuan dari variabel yang utuh diantaranya fisiologis, psikologis, sosiokultural dan spiritual
Secara umum fokus dari model keperawatan menurut neuman ini berfokus pada respons terhadap stesor serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses adaptasi pada pasien
8. Model Konsep dan Teori Keperawatan King (Teori King)
Teori King memahami model konsep dan teori keperawatan dengan menggunakan pendekatan sistem terbuka dalam hubungan interaksi yang konstan dengan lingkungan, sehingga King mengemukakan dalam model konsep interaksi.
Konsep kerja dalam teori King menurut teori King meliputi :
- Sistem personal
- Sistem Interpersonal
- Sistem Sosial
Konsep hubungan manusia menurut konsep King :
- Aksi merupakan proses awal hubungan dua individu dalam berperilaku, dalam memahami atau mengenali kondisi yang ada dalam keperawatan dengan digambarkan hubungan perawat dan klien untuk melakukan kontrak yang diharapkan
- Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat dari adanya aksi dan merupakan respon dari individu
- Interaksi yaitu suatu bentuk kerjasama yang saling mempengaruhi antara perawat dan klien sehingga terwujud komunikasi
- Transaksi adalah antara perawat dan klien terjadi suatu persetujuan dalam merencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan
9. Model Konsep dan Teori Keperawatan Martha E Rogers (Teori Rogers)
Model konsep dan teori keperawatan menurut Martha E Rogers dikenal dengan nama konsep manusia sebagai unit. Dalam memahami konsep model dan teori ini, Martha berasumsi bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda.
Asumsi tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah.
10. Model Konsep dan Teori Keperawatan Jean Waston (Teori Waston)
Jean waston dalam memahami konsep keperawatan terkenal memahami pengetahuan manusia dan merawat. Tolak ukur pandangan waston ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori waston memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan yaitu :
- Kebutuhan dasar biofisikial atau kebutuhan untuk beraksi
- Kebutuhan psikofisikal atau kebutuhan fungsional
- Kebutuhan psikososial atau kebutuhan untuk integrasi
- Kebutuhan Intra dan interpersonal
11. Model Konsep dan Teori Keperawatan Jhonson (Teori Jhonson)
Model konsep dan teori ini adalah dengan pendekatan sistem perilaku, dimana individu dipandang sebagai sistem perilaku yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas. Baik dilingkungan internal maupun eksternal.
Sebagai suatu sistem, didalamnya terdapat komponen subsistem yang membentuk sistem tersebut, diantara komponen subsistem yang membentuk sistem perilaku menurut jhonson adalah:
- Ingestif
- Achievement
- Agresif
- Eliminasi
- Sekkksual
- Gabungan atau Tambahan
- Ketergantungan
12. Model Konsep dan Teori Keperawatan Virginia Henderson (Teori Henderson)
Model konsep keperawatan ini adalah model konsep aktifitas sehari-hari dengan memberikan gambaran tugas perawat yaitu mengkaji individu baik yang sakit atau sehat dengan memberikan dukungan.
Pemahaman konsep tersebut dengan didasari kepada keyakinan dan nilai yang dimilikinya diantaranya :
Manusia akan mengalami perkembangan mulai dari pertumbuhan dan perkembangan dalam rentang hidupnya
Dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari individu akan mengalami ketergantungan sejak lahir hingga menjadi mandiri pada dewasa
Dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari individu dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok.
Jadi, pada dasarnya keperawatan menurut henderson adalah membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktifitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya.
Sumber : risangari.blogspot.co.id
Senin, 19 Oktober 2015
Teori-Teori Keperawatan
Teori-Teori Keperawatan
Sumber : wikipedia
- Anne Casey: Casey's Model of Nursing
- Betty Neuman: Neuman systems model
- Boykin & Schoenhofer: Nursing As Caring
- Callista Roy: Adaptation model of nursing
- Carl O. Helvie, Dr.P.H.: Helvie energy theory of nursing and health
- Dorothea Orem: Self-care deficit nursing theory
- Helen Erickson: Modeling and Role Modeling
- Hildegard Peplau: Theory of interpersonal relations
- Ida Jean Orlando (Pelletier): Orlando's Nursing Process
- Imogene King: Goal Attainment
- Isabel Hampton Robb
- Katharine Kolcaba: Comfort Theory
- Katie Eriksson: Theory of Caritative Caring
- Madeleine Leininger: Transcultural Nursing Theory
- Katie Love, PhD: Empowered Holistic Nursing Education
- Margaret A. Newman: Health as expanding consciousness theory
- Martha E. Rogers: Science of unitary human beings
- Paterson & Zderad: Humanistic Nursing
- Ramona T Mercer: Maternal role attainment theory
- Rosemarie Rizzo-Parse: Human becoming theory
- Virginia Henderson: Henderson's need theory
- Jean Watson, PhD
- Erickson, Tomlin & Swain: Modeling and Role-Modeling
- Moyra Allen: McGill model of nursing
- Nancy Roper, Winifred W. Logan, and Alison J. Tierney: Roper-Logan-Tierney model of nursing
- Phil Barker: Tidal Model
- Michel Nadot: Cultural mediator model (modèle d'intermédiaire culturel)
Sumber : wikipedia
20 Perawat Paling Terkenal Dalam Sejarah
20 Perawat Paling Terkenal Dalam Sejarah
1. Florence Nightingale (1820 – 1910)
2. Walt Whitman (1819 – 1892)
3. Mary Todd Lincoln (1818 – 1882)
4. Clara Barton (1821 – 1912)
5. Mary Eliza Mahoney (1845 – 1926)
6. Mary Seacole (1805 – 1881)
7. Mary Breckinridge (1881 – 1965)
8. Florence Guinness Blake (1907 – 1983)
9. Edith Cavell (1865 – 1915)
10. Helen Fairchild (1885 – 1918)
11. Elizabeth Grace Neill (1846 – 1926)
12. Margaret Sanger (1879 – 1966)
13. Sophie Mannerheim (1863 – 1928)
14. Hazel W. Johnson-Brown
15. Joyce Slinsky
16. Jeanne Prentice
17. Virginia Avenel Henderson (1897 – 1996)
18. Christiane Reimann (1916 – 1979)
19. Martha Ballard (1734 – 1812)
20. Dorothea Dix (1802 – 1887)
Sumber : onlinebsn
1. Florence Nightingale (1820 – 1910)
2. Walt Whitman (1819 – 1892)
3. Mary Todd Lincoln (1818 – 1882)
4. Clara Barton (1821 – 1912)
5. Mary Eliza Mahoney (1845 – 1926)
6. Mary Seacole (1805 – 1881)
7. Mary Breckinridge (1881 – 1965)
8. Florence Guinness Blake (1907 – 1983)
9. Edith Cavell (1865 – 1915)
10. Helen Fairchild (1885 – 1918)
11. Elizabeth Grace Neill (1846 – 1926)
12. Margaret Sanger (1879 – 1966)
13. Sophie Mannerheim (1863 – 1928)
14. Hazel W. Johnson-Brown
15. Joyce Slinsky
16. Jeanne Prentice
17. Virginia Avenel Henderson (1897 – 1996)
18. Christiane Reimann (1916 – 1979)
19. Martha Ballard (1734 – 1812)
20. Dorothea Dix (1802 – 1887)
Sumber : onlinebsn
Minggu, 18 Oktober 2015
Daftar Perguruan Tinggi Keperawatan di Filipina
Daftar Perguruan Ttinggi Keperawatan di Filipina
Ini adalah daftar sekolah keperawatan di Filipina.
Sumber :
wikipedia
Ini adalah daftar sekolah keperawatan di Filipina.
- Adamson University
- Ago Foundation College - Naga City
- Ago Medical and Educational Center - Legazpi, Albay
- Angeles University Foundation
- Aquinas University - Legazpi, Albay
- Araullo University - Cabanatuan
- Arellano University College of Nursing
- Asian College of Technology
- Asia Pacific College of Advanced Studies
- Ateneo de Davao University
- Ateneo de Naga University
- Ateneo de Zamboanga University
- Baguio Central University
- Baliuag University College of Nursing
- Bataan Peninsula State University
- Benguet State University
- Bicol College - Legazpi, Albay
- Bicol University - Legazpi, Albay
- Brokenshire College
- Bukidnon State University
- Capitol Medical Center Colleges
- Cebu Doctors' University
- Cebu Institute of Technology
- Cebu Normal University
- Cebu Sacred Heart College - Cebu City
- Cebu Technological University (CTU) - Cebu City Medical Center College of Nursing
- Central Philippine University - The first nursing school - started in 1906 and produced the first 3 graduates in 1909.
- Centro Escolar University
- Chinese General Hospital College of Nursing
- Christ the King College
- Colegio de San Lorenzo Ruiz de Manila of Northern Samar, Inc. - Catarman, Northern Samar
- Cor Jesu College
- Davao Doctors College
- Davao Medical School Foundation
- De La Salle Health Sciences Institute
- De La Salle Lipa
- Dominican College of Santa Rosa
- Dr. Carlos S. Lanting College
- Emilio Aguinaldo College
- Far Eastern University Institute of Nursing
- Father Saturnino Urios University - Butuan
- Fernandez College of Arts and Technology
- Our Lady of Fatima University
- Global City Innovative College
- Dr. Gloria D. Lacson College - San Leonardo, Nueva Ecija
- Good Samaritan Colleges Cabanatuan
- Holy Child College of Butuan
- Holy Infant College College of Nursing - Tacloban
- Holy Name University College of Nursing - Tagbilaran, Bohol
- Ifugao State College (ISCAF)
- Iloilo Doctors College
- Immaculate Conception College Albay
- Immaculate Conception College Cabanatuan
- Jose C. Feliciano College
- Jose Rizal University College of Nursing
- Kester Grant College
- La Salle University (Ozamiz City)
- La Fortuna College Cabanatuan
- Liceo de Cagayan University
- Lorma Colleges
- Lourdes College
- Lyceum Institute of Technology - Laguna
- Lyceum of Batangas
- Lyceum of the Philippines University - Manila
- Lyceum - St. Cabrini College of Allied Medicine - Batangas
- Manila Adventist Medical Center and Colleges
- Manila Central University
- Manila Tytana Colleges - formerly Manila Doctors College
- Mariano Marcos State University
- Mati Doctors College
- Metropolitan Medical Center College of Arts, Science and Technology (formerly Metropolitan Hospital College of Nursing)
- Mindanao Medical Foundation College
- Mindanao Sanitarium and Hospital College - Iligan
- Misamis University
- Mountain View College
- New Era University
- Northeastern College - Santiago City
- North Valley College
- Notre Dame of Dadiangas University
- Notre Dame of Jolo College - Jolo, Sulu
- Notre Dame of Kidapawan College
- Notre Dame of Marbel University
- Notre Dame University (Philippines)
- Nueva Ecija Doctors College - Cabanatuan
- Nueva Ecija University of Science and Technology - Cabanatuan
- Notre Dame of Midsayap College- The First Notre Dame School in Asia
- Olivarez College
- Our Lady of Fatima University
- Our Lady of the Pillar Colleges - Cauayan, Isabela
- Pamantasan ng Lungsod ng Maynila College of Nursing
- Philippine Rehabilitation Institute Foundation, Inc.
- Philippine College of Health Sciences, Inc.
- Pines City Colleges
- Polytechnic College of Davao del Sur
- Province of Negros Occidental-Northern Negros State College of Science and Technology School of Nursing
- Doña Remedios Trinidad Romualdez Medical Foundation - Tacloban
- Remedios Trinidad Romualdez Memorial Schools, Inc. - Makati Medical Center
- San Juan De Dios Educational Foundation, Inc.
- San Pedro College
- St. Anthony's College - Antique - The first nursing school in Antique
- St. Ferdinand College - Ilagan, Isabela
- St. Joseph College Cavite City
- Saint Louis University, Baguio City
- St. Luke's College of Nursing, Trinity University of Asia
- Saint Mary's College of Tagum
- Saint Mary's University
- St. Paul University Iloilo
- Silliman University
- Southern Luzon State University
- South Philippine Adventist College
- Southville International School and Colleges
- Southwestern University (Philippines) - Cebu City
- STI College San Pablo - College of Nursing
- Systems Plus College Foundation
- Tabaco College - Tabaco City, Albay
- Tanchuling College - Legazpi City, Albay
- Tarlac State University
- Tomas Claudio Memorial College
- Tomas del Rosario College
- Universidad de Sta. Isabel
- Universidad de Zamboanga
- University of Baguio
- University of Cebu - College of Nursing (formerly Chong Hua Hospital - School of Nursing) - Lapu-Lapu and Mandaue Campus
- University of Iloilo
- University of La Salette - College of Nursing
- University of Mindanao Digos Campus
- University of Perpetual Help System Dalta - Molino
- University of San Agustin
- University of San Carlos
- University of San Jose-Recoletos
- University of Southeastern Mindanao
- University of Southern Philippines Foundation - College of Nursing, Cebu City
- University of Saint La Salle
- University of Santo Tomas College of Nursing
- University of the Cordilleras
- UERMMMC College of Nursing
- University of the Immaculate Conception
- University of the Philippines Manila
- University of the Visayas - Gullas Medical Center
- Visayas State University - Baybay City, Leyte
- West Visayas State University
- Wesleyan University (Philippines) - Cabanatuan
- Xavier University – Ateneo de Cagayan
Sumber :
wikipedia
Daftar Perguruan Tinggi Keperawatan di India
Daftar Perguruan Tinggi Keperawatan di India
Source & Read more: List of Government and Private Nursing Colleges in India
- A E C S Maaruthi College Of Nursing
- A E C S Pavan College Of Nursing
- A J College Of Nursing
- A K G Memorial Co- Operative College Of Nursing
- A P S College of Nursing, Shahkot Road, Malsian
- A V K College Of Nursing
- A.J. College of Nursing
- Aadi College Of Nursing, 100 Feet Road Sanganer
- Aayushman College Of Nursing,
- Abhaya College Of Nursing
- Abhishek Nursing College, Guda Gudi Ka Naka Kampoo
- Academy Of Life Sciences- Nursing
- Acharya College of Nursing
- Acharya Shri Chander Institute of Nursing
- Adarsh Nursing Institute Private Limited, P O Telebandha
- Adarsh Nursing Institute Private Limited,
- Adarsha College Of Nursing
- Adarsha College of Nursing, By Pass Road, Opp. Central Bank
- Adeshwar Nursing Institute
- Adeshwar Nursing Institute
- Adhiparasakthi College of Nursing
- Adichunchanagiri College Of Nursing
- Aditya College Of Nursing
- Aditya College of Nursing
- Aditya College Of Nursing
- Aditya Nursing College
- Adventist College Of Nursing
- Aggarwal College Of Nursing, Guruharsahai
- Ahilya Bai College of Nursing
- Ahmedabad Institute Of Nursing Sciences
- Ajit Nursing Institute, OPP. HARYALI KISSAN BAZAR
- Akal College Of Nursing
- Akashya College Of Nursing
- AKG Memorial Co-operative College of Nursing, Mavilayi
- Akka Mahadevi College of Nursing
- Akkamahadevi College Of Nursing
- Akshaya College Of Nursing
- Akshaya Nursing College
- Al- Ameen College Of Nursing, Somasipadi
- Al- Ameen Fathima College Of Nursing
- Al- Kareem College Of Nursing
- Al- Qamar College Of Nursing
- Al Shifa College Of Nursing
- Aladi Aruna College Of Nursing, Sivalarkulam,, Alangulam Taluk
- Aligarh School of Nursing
- Almas Hospital
- Al-Shifa College of Nursing
- Aluri College Of Nursing
- Alva's College of Nursing
- Alwar College Of Nursing, 10 Ram Kuteer
- Amala College of Nursing
- Amaltas Nursing Medical College And Research Instt, Mardana
- Amar Professional College Of Nursing, Teh - Dera Bassi
- Amarjyoti Institute of Nursing Sciences & Research
- Ambigara Chowdaiah College Of Nursing
- Ambika College Of Nursing
- American N.R.I. College of Nursing
- Amity College Of Nursing
- AMJ College of Nursing
- AMRI School of Nursing
- Amrita College of Nursing
- Amrita College Of Nursing,
- Anand Nursing College, Garh Road Distt
- Ananthapuri college of Nursing
- Anbu College of Nursing
- Angel College of Nursing
- Anil Baghi College Of Nursing
- Anirudh College Of Nursing
- Annai Dora College of Nursing, Aundipatti Taluk
- Annai JKK Sampoorani Ammal College of Nursing
- Annai Meenakshi College of Nursing
- Annammal College of Nursing
- Annasaheb Chudaman Patil Memorial College Of Nursing
- Annasamy Rajammal College of Nursing
- Anuradha College Of Nursing
- Anushree College of Nursing
- Apex College Of Nursing
- Apex College Of Nursing
- Apollo College Of Nursing
- Apollo College of Nursing
- Apollo College of Nursing, Kil Ayanambakkam
- Apollo College Of Nursing
- Apollo Gleneagles Nursing College
- Aragonda Apollo College of Nursing, Thavanampalle (M)
- Arawali College Of Nursing, Jaipur Road
- Archana College of Nursing
- Archana College Of Nursing
- Armed Forces Medical College & Hospital,College Of Nursing,
- Army College of Nursing
- Army Institue Of Nursing, C/ O 99 A P O
- Arulmigu Meenakshi College of Nursing
- Arun College of Nursing
- Aruna College Of Nursing
- Arvinth College Of Nursing, METTUPATTTY – (PO), Trichy Main Road
- Arya Nursing College
- Asharam College Of Nursing, Nr Lekha Nagar
- Ashirvad Nursing & Paramedical Institute
- Ashrith College Of Nursing
- Ashwini College Of Nursing
- Asian Institute Of Nursing Education
Source & Read more: List of Government and Private Nursing Colleges in India
Daftar Jurnal Keperawatan
Berikut ini adalah daftar jurnal akademik penting tentang keperawatan.
AAACN Viewpoint
AACN Nursing Scan in Critical Care
AAOHN Journal
Advance for Nurse Practitioners
Advances in Neonatal Care
American Journal of Nursing
AORN Journal
BMC Nursing
British Journal of Cardiac Nursing
British Journal of Community Nursing
Canadian Journal of Nursing Research
Cancer Nursing Practice
Clinical Nurse Specialist: The Journal for Advanced Nursing Practice
Evidence-Based Nursing (journal)
Gastrointestinal Nursing
Human Resources for Health
International Emergency Nursing
International Journal of Nursing and Medical Science (IJNMS)
International Journal of Nursing Studies
International Journal of Nursing Terminologies and Classifications
Issues in Mental Health Nursing
The Journal for Nurse Practitioners
Journal of Addictions Nursing
Journal of Advanced Nursing
Journal of the Association of Nurses in AIDS Care
Journal of Holistic Nursing
Journal of Nursing Education
Journal of Nursing Scholarship (journal of Sigma Theta Tau Honor Society of Nursing)
Journal of Obstetric, Gynecologic, & Neonatal Nursing
Journal of Orthopaedic Nursing
Journal of PeriAnesthesia Nursing
Journal of Perinatal & Neonatal Nursing
Journal of Research in Nursing
Learning Disability Practice
MCN: The American Journal of Maternal/Child Nursing
Mental Health Practice
Neonatal Network
Nurse Researcher
Nursing in Practice
Nursing Management
Nursing Older People
Nursing Outlook (journal of the American Academy of Nursing)
Nursing Standard
Nursing Times
Orthopaedic Nursing
Paediatric Nursing
Pediatric Nursing
Primary Health Care
Western Journal of Nursing Research
Sumber : wikipedia
Daftar Spesialis Keperawatan
Berikut ini Daftar Spesialis Keperawatan
- Ambulatory care nursing
- Advanced practice nursing
- Burn nursing
- Camp nursing
- Cardiac nursing
- Cardiac Intervention nursing
- Community health nursing
- Correctional nursing
- Critical care nursing
- Dental nursing
- Emergency nursing
- Environmental health nursing
- Faith community nursing
- Flight nursing
- Forensic nursing
- Gastroenterology nursing
- Genetics nursing
- Geriatric nursing
- Health visiting
- Holistic nursing
- Home health nursing
- Hospice and palliative care nursing
- Hyperbaric nursing
- Immunology and allergy nursing
- Intravenous therapy nursing
- Infection control nursing
- Infectious disease nursing
- Legal nursing
- Maternal-child nursing
- Medical-surgical nursing
- Medical case management
- Military and uniformed services nursing
- Neonatal nursing
- Neurosurgical nursing
- Nursing informatics
- Nursing management
- Nursing research
- Nurse midwifery
- Obstetrical nursing
- Occupational health nursing
- Oncology nursing
- Orthopaedic nursing
- Ostomy nursing
- Pediatric nursing
- Perianesthesia nursing
- Perioperative nursing
- Private duty nursing
- Public health nursing
- Pulmonary nursing
- Quality improvement
- Radiology nursing
- Rehabilitation nursing
- Research nursing
- Renal nursing
- School nursing
- Space nursing
- Sub-acute nursing
- Substance abuse nursing
- Surgical nursing
- Telenursing
- Telephone triage nursing
- Transplantation nursing
- Travel nursing
- Urology nursing
- Utilization management
- Wound care
Sumber : wikipedia
Kamis, 08 Oktober 2015
Reumatoid Artritis - Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (NANDA NOC NIC)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis ditambah dengan adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa keperawatan yang sering muncul yaitu:
- Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh, sendi, bengkok, deformitas.
- Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rhematoid.
- Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri.
- Intoleransi aktifitas sehari-hari berhubungan dengan terbatasnya gerakan.
INTERVENSI
NANDA NOC NIC
1. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh, sendi, bengkok, deformitas.P.197
Domain 6 : Persepsi/Kognitif
Kelas 3 : Citra Tubuh
Defenisi : Kebingungan tentang gambaran mental fisik pribadi
Batasan karakteristik :
- Prilaku menghindar akibat kehilangan salah satu organ tubuh.
- Respon non verbal akibat perubahan actual tubuh.
- Respon non verbal terhadap penerimaan perubahan tubuh.
- Kehilangan organ tubuh.
- Tidak mau melihat bagian tubuh.
- Tidak mau menyentuh bagian tubuh.
NOC 1
Citra Tubuh p. 123
Defenisi: Persepsi positif terhadap penampilan dan fungsi pribadi tubuh
Indicator:
- Gambaran internal tubuh
- Keseimbangan antara realita, ideal dan penampilan tubuh
- Kepuasan penmapilan tubuh
- Pengaturan penampilan fisik tubuh
- Pengaturan perubahan fungsi tubuh
NIC 1
Perbaikan Citra Tubuh : 145
Defenisi : Peningkatan persepsi sadar dan ketidaksadarn dan sikap ke depan terhadap tubuhnya
Aktivitas:
- Menentukan dugaan citra tubuh pasien, sesuai dengan perkembangannya
- Membantu pasien untuk mendiskusikan perubahan yang terjadi akibat penyakit dan pembedahan
- Membantu pasien memelihara perubahan tubuh
- Membantu pasien untuk membedakan penampilan fisik dari perasaan yang beharga
- Membantu pasien untuk menentukan akibat dari persepsi yang sama penampilan tubuh.
- Monitoring pandangan diri secara berkala
- Monitoring apakah pasien melihat perubahan pada bagian tubuh
- Montoring pernyataan tentang persepsi identitas diri sehubungan denagn bagian tubuh dan berat badan
- Menentukan apakah perubahan citra tubuh berkontribusi dalam isolasi social
- Membantu pasien dalam mengidentifikasi penampilan yang akan meningkat
2. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rhematoid.
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
Defenisi : Ketidaknyamanan sensori dan ekspresi emosional akibat gangguan jaringan actual dan potensial dan dideskribsikan dengan dengan sustu gangguan (IASP) ; serangan mendadak atau lambat dari berbagai intensitas dari yang ringan hingga hebat , konstan atau berulang tanpa antisipasi atau prediksi terakhir dan waktunya >6 bulan.
Batasan karakteristik :
- Anorexia
- Perubahan pola tidur
- Fatigue
- Gangguan interaksi social
- Ekspresi verbal tentang nyeri
NOC 1
Control nyeri p. 326
Defenisi: perilaku individu dalam mengontrol nyeri.
Indicator:
- Mengakui factor penyebab.
- Mengetahui nyeri.
- Menggunakan obat analgesic.
- Menjelaskan gejala nyeri.
- Melaporkan control nyeri yang telah dilakukan.
NOC 2
Level nyeri p. 328
Defenisi :
Indicator :
- Ekspresi nyeri
- Frekuensi nyeri
- Ekspresi wajah terhadap nyeri
NIC
Pain management (Manajemen nyeri) p. 412
Aktivitas:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi
- Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
- Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
- Kaji budaya yang mempengaruhi respion nyeri
- Determinasi akibat nyeri terhadap kualitas hidup
- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
- Control ruangan yang dapat mempengaruhi nyeri
- Kurangi factor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri
- Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan control nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
3. Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri.
NOC :
Perilaku Aman: Mencegah Jatuh dengan indikator
- Menghindari jatuh dan terpeleset di lantai
- Menggunakan tongkat
- Menjauhkan bahaya yang bisa menyebabkan jatuh
- Memakai alas kaki yang tidak mudah slip
- Mengatur tinggi tempat tidur
- Menggunakan alat Bantu penglihatan
NIC :
1. Manajemen Lingkungan
- ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
- identifilasi kebutuhan rasa aman bagi pasien berdasarkan tingkat fungsi fisik dan kognitif dan riwayat perilaku masa lalu
- jauhkan lingkungan yang mengancam
- jauhkan objek yang berbahaya dari lingkungan
- berikan side rail
- antarkan pasien selama aktivitas di luar rumah sakit
2. Mencegah Jatuh :
- Kaji penyebab defisit fisik pasien
- Kaji karakteristik lingkungan yang menyebabkan jatuh
- Monitor gaya jalan pasien, keseimbangan, tingkat kelelahan
- Berikan penerangan yang cukup
- Pasang siderail tempat tidur
4. Intoleransi aktifitas sehari-hari berhubungan dengan terbatasnya gerakan.
Intoleransi aktivitas
NOC :
Self Care :
ADLs
- Toleransi aktivitas
- Konservasi eneergi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil :
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
- Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secaramandiri
- Keseimbangan aktivitas dan istirahat
- Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
- Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
- Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
- Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
- Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
- Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
- Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
- Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
- Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
- Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
- Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
Pathway Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid Arthritis
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 ).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998)
Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan, bahu, lutut, dan kaki. Pada penderita stadium lanjut akan membuat si penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun. Gejala yang lain yaitu berupa demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun, lemah dan kurang darah. Namun kadang kala si penderita tidak merasakan gejalanya. Diperkirakan kasus Rheumatoid Arthritis diderita pada usia di atas 18 tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari jumlah penduduk Indonesia.
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.
Pathway Rheumatoid Arthritis
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 ).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998)
Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan, bahu, lutut, dan kaki. Pada penderita stadium lanjut akan membuat si penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun. Gejala yang lain yaitu berupa demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun, lemah dan kurang darah. Namun kadang kala si penderita tidak merasakan gejalanya. Diperkirakan kasus Rheumatoid Arthritis diderita pada usia di atas 18 tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari jumlah penduduk Indonesia.
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.
Pathway Rheumatoid Arthritis
Patofisiologi Urtikaria
Urtikaria sering terjadi dan merupakan akibat dari degranulasi sel mast (reaksi imunolpgis tipe 1) sebagai respons terhadap antigen, dengan pelepasan histamin dan mediator vasoaktif lainnya, yang menyebabkan timbulnya eritema dan edema. Pasien-pasien dengan kondisi ini, 70% diantaranya mengalami urtikaria idiopatik (dimana antigennya tidak diketahui), sisanya mengalami bentuk urtikaria lain. Urtikaria, jika berat juga dapat mengenai jaringan subkutan dan mengakibatkan terjadinya angioedema (pembengkakan pada tangan, bibir, sekitar mata, dan walaupun jarang tetapi penting untuk diperhatikan yaitu pada lidah atau laring). (Davey, 2005)
Proses urtikaria akut dimulai dari ikatan antigen pada reseptor IgE yang saling berhubungan dan kemudian menempel pada sel mast atau basofil. Selanjutnya, aktivasi dari sel mast dan basofil akan memperantarai keluarnya berbagai mediator peradangan. Sel mast menghasilkan histamine, triptase, kimase, dan sitokin. Bahan-bahan ini meningkatkan kemampuan degranulasi sel mast dan merangsang peningkatan aktivitas ELAM dan VCAM, yang memicu migrasi limfosit dan granulosit menuju tempat terjadinya lesi urtikaria (Anonimous, 2007).
Peristiwa ini memicu peningkatan permeabilitas vascular dan menyebabkan terjadinya edema lokal yang dikenal sebagai bintul (wheal). Pasien merasa gatal dan bengkak pada lapisan dermal kulit. Urtikaria akut bisa terjadi secara sistemik jika allergen diserap kulit lebih dalam dan mencapai sirkulasi. Kondisi ini terjadi pada urtikaria kontak, misalnya urtikaria yang terjadi karena pemakaian sarung tangan latex, dimana latex diserap kulit dan masuk ke aliran darah, sehingga menyebabkan urtikaria sistemik.
Urtikaria akut juga bisa terjadi pada stimulasi sel mast tanpa adanya ikatan IgE dengan allergen. Misalnya, pada eksposure pada media radiocontrast, dimana pada saat proses radiologi berlangsung, akan terjadi perubahan osmolalitas pada lingkungan yang mengakibatkan sel mast berdegranulasi (Anonimous, 2007).
Faktor imunologik maupun nonimunologik mampu merangsang sel mast atau basofil untuk melepaskan mediator tersebut. Pada yang nonimunologik mungkin sekali siklik AMP (adenosin mono phosphate) memegang peranan penting pada pelepasan mediator. Beberapa bahan kimia seperti golongan amin dan derivate amidin, obat-obatan seperti morfin, kodein, polimiksin, dan beberapa antibiotic berperan pada keadaan ini.
Bahan kolinergik misalnya asetilkolin, dilepaskan oleh saraf kolinergik kulit yang mekanismenya belum diketahui langsung dapat mempengaruhi sel mast untuk melepaskan mediator. Faktor fisik misalnya panas, dingin, trauma tumpul, sinar X, dan pemijatan dapat langsung merangsang sel mast. Beberapa keadaan misalnya demam, panas, emosi, dan alcohol dapat merangsang langsung pada pembuluh darah kapiler sehingga terjadi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas (Djuanda, 2008).
Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut daripada yang kronik, biasanya IgE terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basofil karena adanya reseptor Fc bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE maka terjadi degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan mediator. Keadaan ini jelas tampak pada reaksi tipe I (anafilaksis), misalnya alergi obat dan makanan.
Komplemen juga ikut berperan, aktivasi komplemen secara klasik maupun secara alternative menyebabkan pelepasan anafilatoksin (C3a, C5a) yang mampu merangsang sel mast dan basofil, misalnya tampak akibat venom atau toksin bakteri. Ikatan dengan komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi sitotoksik dan kompleks imun pada keadaan ini juga dilepaskan zat anafilatoksin. Urtikaria akibat kontak terjadi pemakaian bahan serangga, bahan kosmetik, dan sefalosporin.
Proses urtikaria akut dimulai dari ikatan antigen pada reseptor IgE yang saling berhubungan dan kemudian menempel pada sel mast atau basofil. Selanjutnya, aktivasi dari sel mast dan basofil akan memperantarai keluarnya berbagai mediator peradangan. Sel mast menghasilkan histamine, triptase, kimase, dan sitokin. Bahan-bahan ini meningkatkan kemampuan degranulasi sel mast dan merangsang peningkatan aktivitas ELAM dan VCAM, yang memicu migrasi limfosit dan granulosit menuju tempat terjadinya lesi urtikaria (Anonimous, 2007).
Peristiwa ini memicu peningkatan permeabilitas vascular dan menyebabkan terjadinya edema lokal yang dikenal sebagai bintul (wheal). Pasien merasa gatal dan bengkak pada lapisan dermal kulit. Urtikaria akut bisa terjadi secara sistemik jika allergen diserap kulit lebih dalam dan mencapai sirkulasi. Kondisi ini terjadi pada urtikaria kontak, misalnya urtikaria yang terjadi karena pemakaian sarung tangan latex, dimana latex diserap kulit dan masuk ke aliran darah, sehingga menyebabkan urtikaria sistemik.
Urtikaria akut juga bisa terjadi pada stimulasi sel mast tanpa adanya ikatan IgE dengan allergen. Misalnya, pada eksposure pada media radiocontrast, dimana pada saat proses radiologi berlangsung, akan terjadi perubahan osmolalitas pada lingkungan yang mengakibatkan sel mast berdegranulasi (Anonimous, 2007).
Faktor imunologik maupun nonimunologik mampu merangsang sel mast atau basofil untuk melepaskan mediator tersebut. Pada yang nonimunologik mungkin sekali siklik AMP (adenosin mono phosphate) memegang peranan penting pada pelepasan mediator. Beberapa bahan kimia seperti golongan amin dan derivate amidin, obat-obatan seperti morfin, kodein, polimiksin, dan beberapa antibiotic berperan pada keadaan ini.
Bahan kolinergik misalnya asetilkolin, dilepaskan oleh saraf kolinergik kulit yang mekanismenya belum diketahui langsung dapat mempengaruhi sel mast untuk melepaskan mediator. Faktor fisik misalnya panas, dingin, trauma tumpul, sinar X, dan pemijatan dapat langsung merangsang sel mast. Beberapa keadaan misalnya demam, panas, emosi, dan alcohol dapat merangsang langsung pada pembuluh darah kapiler sehingga terjadi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas (Djuanda, 2008).
Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut daripada yang kronik, biasanya IgE terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basofil karena adanya reseptor Fc bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE maka terjadi degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan mediator. Keadaan ini jelas tampak pada reaksi tipe I (anafilaksis), misalnya alergi obat dan makanan.
Komplemen juga ikut berperan, aktivasi komplemen secara klasik maupun secara alternative menyebabkan pelepasan anafilatoksin (C3a, C5a) yang mampu merangsang sel mast dan basofil, misalnya tampak akibat venom atau toksin bakteri. Ikatan dengan komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi sitotoksik dan kompleks imun pada keadaan ini juga dilepaskan zat anafilatoksin. Urtikaria akibat kontak terjadi pemakaian bahan serangga, bahan kosmetik, dan sefalosporin.
11 Penyebab Urtikaria Yang Perlu Anda Ketahui
Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa (wheal) yang terkait dengan gatal yang hebat (pruritus). Urtikaria terjadi akibat pelepasan histamine selama respons peradangan terhadap alegi sehingga individu menjadi tersensitisasi. Urtikaria kronis dapat menyertai penyakit sistemik seperti hepatitis, kanker atau gangguan tiroid. (Elizabeth, 2007)
Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Di duga penyebab urtikaria bermacam-macam, diantaranya :
1. Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtika, baik secara imunologi maupun nonimunologik. Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria secara imunologi tipe I atau II. Contohnya ialah obat – obat golongan penisilin, sulfonamid, analgesik, pencahar, hormon, dan uretik. Adapun obat secara nonimunologi langsung merangsang sel mas untuk melepaskan histamin, misalnya kodein, opium, dan zat kontras. Aspirin menimbulkan urtikaria karena menghambat sintesis prostaglandin dari asam arakidonat.
2. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang akut, umumnya akibat reaksi imunologik. Makanan berupa protein atau berupa bahan lainnya yang dicampurkan ke dalamnya seperti zat warna, penyedap rasa, atau bahan pengawet, sering menimbulkan urtikaria alergika. Contoh makanan yang sering menimbulkan urtikaria adalah telur, ikan, kacang, udang, coklat, tomat, arbey, baby, keju, bawang, dan semangka ; bahan yang dicampurkan seperti asam nitrat, asam benzoat, ragi, salisilat, dan panisilin. CHAM-PION 1969 melaporkan ± 2% urtikaria kronik disebabkan sensitisasi terhadap makanan.
3. Gigitan/sengatan serangga
Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat, agaknya hal ini menyebab diperantai oleh IgE (Tipe I) dan tipe seluler (tipe IV). Tetapi venom dan toksin bakteri, biasanya dapat pula mengaktifkan komplemen. Nyamuk, kepinding dan serangga lainnya menimbulkan urtika bentuk papular di sekitar gigitan, biasanya sembh dengan sendirinya setelah beberapa hari, minggu, atau bulan.
4. Bahan fotosensitizer
Bahan semacam ini, gleseofulvin, fenotiazin, sulfonamin, bahan kosmetik, dan sabun germisin sering menimbulkan urtikaria.
5. Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, bulu binatang, dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergi (Tipe I). Reaksi ini sering di jumpai pada penderita atofi dan disertai gangguan nafas.
6. Kontaktan
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk tekstil, air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia, misalnya insect refelent (penangkis serangga) dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan bahan tersebut menembus kulit dan menimbulkan urtikaria.
TUFT (1975) melaporka urtikaria akibat sefalosporin pada seorang apoteker, hal yang jarang terjadi ; karena kontak dengan antibiotik umumnya menimbulkan dermatitis kontak. Urtikaria akibat kontak dengan klorida kobal, indikator warna pada tes provokasi keringat, telah dilaporkan oleh SMITH (1975).
7. Trauma fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, yakni berenang atau memegang benda dingin ; faktor panas, misalnya sinar matahari, sinar UV , radiasi, dan panas pembakaran ; faktor tekanan, yaitu goresan, pakain ketat, ikat pinggang, air yang menetes atau semprotan air, vibrasi, dan tekanan berulang-ulang contohnya pijatan, keringat, pekerjaan, demam, dan emosi menyebabkan urtikaria fisik, baik secara imunologik maupun non imunologik. Klinis biasanya terjadi ditempat yang mudah terkena trauma. Dapat timbul urtikaria setelah goresan dengan benda tumpul beberapa menit sampai beberapa jam kemudian. Fenomena ini disebut dermografisme atau fenomena darier.
8. Infeksi dan infestasi
Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri, virus, jamur, maupun investasi parasit. Infeksi oleh bakteri, contohnya pada infeksi tonsil, infeksi gigi dan sinusitis. Masih merupakan pertanyaan, apakah urtikaria timbul karena toksik bakteri atau oleh sensitisasi. Infeksi visrus hepatitis, mononukleosis, dan infeksi virus Coxsackie pernah dilaporkan sebagai faktor penyebab. Karena itu pada urtikaria yang idiopatik perlu dipikirkan kemungkinan infeksi virus subklinis. Investasi cacing pita, cacing tambang, cacing gelang, juga Schistosoma atau Echinococcus dapat menyebabkan urtikaria.
9. Psikis
Tekanan jiwa dapat memacu sel mas atau langsung menyebabkan peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi kapiler. Ternyata hampir 11,5% penderita urtikari menunjukkan gangguan psikis. Penyelidikan memperlihatkan bahwa hipnosis dapat menghambat eritema dan urtikaria. Pada percobaan induksi psikis, ternyata suhu kulit dan ambang rangsang eritema meningkat.
10. Genetik
Faktor genetik ternyata berperan pentik pada urtikaria dan angioedema, menunjukkan penurunan autosoma dominan.
Diantaranya ialah angioneurotik edema herediter, familial cold urtikaria, familial lokalized heat urtikaria, vibratory angioedema, heredo-familial symdrom of urtikaria deafness and amyloidosis, dan erythropoietic protoporphyria.
11. Penyakit sistemik
Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi lebih sering disebabkan reaksi kompleks antigen-antibody. Penyakit vesiko-bulosa, misalnya pemfigus dan dermatitis herpetiformis duhring sering menimbulkan urtikaria. Sejumlah 7-9% penderita lupus eritematosus sitemik dapat mengalami urtikaria. Beberapa penyakit sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain limfoma, hifertiroid, hepatitis, urtikaria pigmentosa, artritis pada demam rematik, dan artritis reumatoid zuvenilis.
Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Di duga penyebab urtikaria bermacam-macam, diantaranya :
1. Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtika, baik secara imunologi maupun nonimunologik. Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria secara imunologi tipe I atau II. Contohnya ialah obat – obat golongan penisilin, sulfonamid, analgesik, pencahar, hormon, dan uretik. Adapun obat secara nonimunologi langsung merangsang sel mas untuk melepaskan histamin, misalnya kodein, opium, dan zat kontras. Aspirin menimbulkan urtikaria karena menghambat sintesis prostaglandin dari asam arakidonat.
2. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang akut, umumnya akibat reaksi imunologik. Makanan berupa protein atau berupa bahan lainnya yang dicampurkan ke dalamnya seperti zat warna, penyedap rasa, atau bahan pengawet, sering menimbulkan urtikaria alergika. Contoh makanan yang sering menimbulkan urtikaria adalah telur, ikan, kacang, udang, coklat, tomat, arbey, baby, keju, bawang, dan semangka ; bahan yang dicampurkan seperti asam nitrat, asam benzoat, ragi, salisilat, dan panisilin. CHAM-PION 1969 melaporkan ± 2% urtikaria kronik disebabkan sensitisasi terhadap makanan.
3. Gigitan/sengatan serangga
Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat, agaknya hal ini menyebab diperantai oleh IgE (Tipe I) dan tipe seluler (tipe IV). Tetapi venom dan toksin bakteri, biasanya dapat pula mengaktifkan komplemen. Nyamuk, kepinding dan serangga lainnya menimbulkan urtika bentuk papular di sekitar gigitan, biasanya sembh dengan sendirinya setelah beberapa hari, minggu, atau bulan.
4. Bahan fotosensitizer
Bahan semacam ini, gleseofulvin, fenotiazin, sulfonamin, bahan kosmetik, dan sabun germisin sering menimbulkan urtikaria.
5. Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, bulu binatang, dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergi (Tipe I). Reaksi ini sering di jumpai pada penderita atofi dan disertai gangguan nafas.
6. Kontaktan
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk tekstil, air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia, misalnya insect refelent (penangkis serangga) dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan bahan tersebut menembus kulit dan menimbulkan urtikaria.
TUFT (1975) melaporka urtikaria akibat sefalosporin pada seorang apoteker, hal yang jarang terjadi ; karena kontak dengan antibiotik umumnya menimbulkan dermatitis kontak. Urtikaria akibat kontak dengan klorida kobal, indikator warna pada tes provokasi keringat, telah dilaporkan oleh SMITH (1975).
7. Trauma fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, yakni berenang atau memegang benda dingin ; faktor panas, misalnya sinar matahari, sinar UV , radiasi, dan panas pembakaran ; faktor tekanan, yaitu goresan, pakain ketat, ikat pinggang, air yang menetes atau semprotan air, vibrasi, dan tekanan berulang-ulang contohnya pijatan, keringat, pekerjaan, demam, dan emosi menyebabkan urtikaria fisik, baik secara imunologik maupun non imunologik. Klinis biasanya terjadi ditempat yang mudah terkena trauma. Dapat timbul urtikaria setelah goresan dengan benda tumpul beberapa menit sampai beberapa jam kemudian. Fenomena ini disebut dermografisme atau fenomena darier.
8. Infeksi dan infestasi
Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri, virus, jamur, maupun investasi parasit. Infeksi oleh bakteri, contohnya pada infeksi tonsil, infeksi gigi dan sinusitis. Masih merupakan pertanyaan, apakah urtikaria timbul karena toksik bakteri atau oleh sensitisasi. Infeksi visrus hepatitis, mononukleosis, dan infeksi virus Coxsackie pernah dilaporkan sebagai faktor penyebab. Karena itu pada urtikaria yang idiopatik perlu dipikirkan kemungkinan infeksi virus subklinis. Investasi cacing pita, cacing tambang, cacing gelang, juga Schistosoma atau Echinococcus dapat menyebabkan urtikaria.
9. Psikis
Tekanan jiwa dapat memacu sel mas atau langsung menyebabkan peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi kapiler. Ternyata hampir 11,5% penderita urtikari menunjukkan gangguan psikis. Penyelidikan memperlihatkan bahwa hipnosis dapat menghambat eritema dan urtikaria. Pada percobaan induksi psikis, ternyata suhu kulit dan ambang rangsang eritema meningkat.
10. Genetik
Faktor genetik ternyata berperan pentik pada urtikaria dan angioedema, menunjukkan penurunan autosoma dominan.
Diantaranya ialah angioneurotik edema herediter, familial cold urtikaria, familial lokalized heat urtikaria, vibratory angioedema, heredo-familial symdrom of urtikaria deafness and amyloidosis, dan erythropoietic protoporphyria.
11. Penyakit sistemik
Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi lebih sering disebabkan reaksi kompleks antigen-antibody. Penyakit vesiko-bulosa, misalnya pemfigus dan dermatitis herpetiformis duhring sering menimbulkan urtikaria. Sejumlah 7-9% penderita lupus eritematosus sitemik dapat mengalami urtikaria. Beberapa penyakit sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain limfoma, hifertiroid, hepatitis, urtikaria pigmentosa, artritis pada demam rematik, dan artritis reumatoid zuvenilis.
Sabtu, 03 Oktober 2015
Pathway Hipertiroid
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis (Bararah, 2009).
Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormon tiroid. Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009)
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson:337)
Manifestasi Klinis
1. Sistem kardiovaskuler
Meningkatnya heart rate, stroke volume, kardiak output, peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole dan diastole meningkat 10-15 mmHg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal jantung, edema.
2. Sistem pernafasan
Cepat dan dalam, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3. Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya output urin.
4. Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adipose dan protein, penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah dan kram abdomen.
5. Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan, tremor.
6. Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah hangat, tidak toleran panas, keadaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
7. Sistem endokrin
Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8. Sistem saraf
Meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup gelisah, emosi tidak stabil seperti kecemasan, curiga tegang dan emosional.
9. Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya libido, impoten.
10. Eksoftalmus
Yaitu keadaan dimana bola mata menonjol ke depan seperti mau keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang menahan air dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata kedepan sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi atau kelainan kornea.
Pathway Hipertiroid
Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormon tiroid. Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009)
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson:337)
Manifestasi Klinis
1. Sistem kardiovaskuler
Meningkatnya heart rate, stroke volume, kardiak output, peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole dan diastole meningkat 10-15 mmHg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal jantung, edema.
2. Sistem pernafasan
Cepat dan dalam, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3. Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya output urin.
4. Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adipose dan protein, penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah dan kram abdomen.
5. Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan, tremor.
6. Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah hangat, tidak toleran panas, keadaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
7. Sistem endokrin
Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8. Sistem saraf
Meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup gelisah, emosi tidak stabil seperti kecemasan, curiga tegang dan emosional.
9. Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya libido, impoten.
10. Eksoftalmus
Yaitu keadaan dimana bola mata menonjol ke depan seperti mau keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang menahan air dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata kedepan sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi atau kelainan kornea.
Pathway Hipertiroid
Label:
Hipertiroid,
PATHWAY,
Pathway Hipertiroid
Beberapa Penyakit Yang Menyebabkan Hipertiroid
Hipertiroidisme, suatu kondisi di mana terdapat kelebihan produksi hormon tiroid, kondisi ini disebabkan oleh peningkatan fungsi tiroid dengan alasan apapun. Kondisi ini dapat menyebabkan tirotoksikosis, sindrom klinis yang terjadi merupakan akibat dari peningkatan hormon tiroid yang beredar di jaringan yang terkena. (Greenspan, 2004).
Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan. Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah.
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus: infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress emosi, penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru, penyakit serebrovaskular/strok, palpasi tiroid terlalu kuat.
Beberapa Penyakit Yang Menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.
4. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
5. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.
6. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.
Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan. Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah.
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus: infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress emosi, penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru, penyakit serebrovaskular/strok, palpasi tiroid terlalu kuat.
Beberapa Penyakit Yang Menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.
4. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
5. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.
6. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.
Sabtu, 12 September 2015
Penyebab Vertigo Menurut Para Ahli
Penyebab Vertigo Menurut Para Ahli
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba.
Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2008)
1. Keadaan lingkungan
Menurut Tarwoto, dkk. (2007) yaitu :
1. Lesi vestibular
7. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia.
8. Kelainan mata: kelainan proprioseptik.
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba.
Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2008)
1. Keadaan lingkungan
- Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
- Alkohol
- Gentamisin
- Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler
- Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
- Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
- Herpes zoster
- Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
- Peradangan saraf vestibuler
- Penyakit Meniere
- Sklerosis multipel
- Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya
- Tumor otak
- Tumor yang menekan saraf vestibularis.
Menurut Tarwoto, dkk. (2007) yaitu :
1. Lesi vestibular
- Fisiologik
- Labirinitis
- Menière
- Obat ; misalnya quinine, salisilat.
- Otitis media
- “Motion sickness”
- Neuroma akustik
- Obat ; misalnya streptomycin
- Neuronitis vestibular
- Infark atau perdarahan pons
- Insufisiensi vertebro-basilar
- Migraine arteri basilaris
- Sklerosi diseminata
- Tumor
- Siringobulbia
- Epilepsy lobus temporal
- Telinga bagian luar : serumen, benda asing.
- Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.
- Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo postural.
- Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.
- Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.
- Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung.
- Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.
- Trauma kepala/ labirin.
- Tumor.
- Migren.
- Epilepsi.
7. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia.
8. Kelainan mata: kelainan proprioseptik.
Pengertian Vertigo Menurut Para Ahli
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Vertigo
Pengkajian Vertigo
Pengertian Vertigo Menurut Para Ahli
Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing (Tarwoto, dkk. 2007)
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata (Lumban Tobing, 2003).
Vertigo juga dapat terjadi pada berbagai kondisi, termasuk kelainan batang otak yang serius, misalnya skelerosis multiple, infark, dan tumor. (Muttaqin, Arif. 2008)
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2008).
Vertigo adalah perasaan yang abnormal, mengenai adanya gerakan penderita sekitarnya atau sekitarnya terhadap penderita; tiba-tiba semuanya serasa berputar atau bergerak naik turun dihadapannya. Keadaan ini sering disusul dengan muntah-muntah, bekringat, dan kolaps. Tetapi tidak pernah kehilangan kesadaran. Sering kali disertai gejala-gejala penyakit telinga lainnya. (Manjoer, Arif, dkk. 2002)
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009)
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)
Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah telinga. Perasaan tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin muntah, bahkan penderita merasa tak mampu berdiri dan kadang terjatuh karena masalah keseimbangan. Keseimbangan tubuh dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul akibat gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan penglihatan (Putranta, 2005)
Langganan:
Postingan (Atom)