Kamis, 30 Juli 2015

Bahan-Bahan Alami untuk Menghilangkan Jerawat Diwajah

Jerawat adalah suatu keadaan di mana pori-pori kulit tersumbat sehingga menimbulkan kantung nanah yang meradang. Jerawat adalah penyakit kulit yang cukup besar jumlah penderitanya. Kligmann, seorang peneliti masalah jerawat ternama di dunia berpendapat,"Tak ada satu orang pun di dunia yang melewati masa hidupnya tanpa sebuah jerawat di kulitnya." Kemungkinan penyebabnya adalah perubahan hormonal yang merangsang kelenjar minyak di kulit. Perubahan hormonal lainnya yang dapat menjadi pemicu timbulnya jerawat adalah masa menstruasi, kehamilan, pemakaian pil KB, dan stres.

Cara mengatasi jerawat

Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit yang biasa menyerang wajah. Menangani jerawat tidak boleh sembarangan. Secara umum, perawatan kulit wajah sebagai berikut.
  • Kulit wajah harus selalu bersih saat istirahat di rumah.
  • Jangan memecahkan jerawat dan jangan sering di sentuh.
  • Hindari pemakaian kosmetika rias saat tidur.
  • Kebutuhan pembersih bagi kulit kering berbeda dengan kulit berminyak atau kulit normal, demikian juga sebaliknya.
  • Membersihkan wajah pada sore hari berbeda dengan pada pagi hari.
Bahan-Bahan Alami untuk Menghilangkan Jerawat Diwajah

Perbanyak minum air putih

Tahukah anda jika sekitar 70% dari tubuh kita adalah air? Maka dari itu, tak heran jika banyak orang yang menyarankan untuk mengkonsumsi air putih yang cukup. Air putih ini dapat melembabkan kulit wajah anda, dengan demikian bekas jerawat tidak akan menyebar kemana – mana.


Menghilangkan jerawat dengan lidah buaya

Siapa yang tak kenal dengan lidah buaya, tanaman yang manfaatnya sudah tak diragukan lagi untuk kecantikan dan kesehatan. Bahkan, sekarang ini banyak industri kecantikan yang menggunakan lidah buaya ini sebagai bahan bakunya. Untuk menghilangkan jerawat yang ada diwajah anda dengan lidah buaya ini, anda hanya perlu mengelupas lidah buaya lalu mengambil gelnya. Gunakan gel tersebut sebagai masker wajah anda, diamkan selama kurang lebih 10-15 menit lalu bilas dengan air sampai bersih.


Mengobati jerawat dengan air jeruk nipis

Tak hanya untuk perawatan mata dan untuk melembabkan kulit saja. Buah yang satu ini juga dapat anda menfaatkan untuk menghilangkan jerawat dan bekasnya yang ada diwajah anda. Potong beberapa jeruk nipis, lalu peras airnya sampai cukup banyak. Oleskan air tersebut ke bagian yang terdapat jerawat dan bekasnya pada wajah anda, lalu diamkan selama kurang lebih 15 menit dan bilas dengan menggunakan air bersih. Jangan kaget jika pada pengolesan pertama anda merasakan perih pada wajah anda, itu adalah efek dari air jeruk nipis untuk menghilangkan rasa gatal dan bekas jerawat pada wajah anda.


Mengatasi jerawat dengan bawang putih

Tak banyak yang menyangka memang jika bumbu dapur yang satu ini juga bermanfaat untuk menghilangkan jerawat dan bekas jerawat yang ada diwajah anda. Untuk cara pemakaiannyapun cukup simpel anda hanya perlu mengiris beberapa siung bawang putih, lalu mengoleskannya pada wajah anda. Diamkan terlebih dahulu semala kurang lebih 10-15 menit sebelum anda membilasnya. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, lakukan tips ini secara teratur.


Mengobati jerawat dengan Mentimun

Mentimun merupakan jenis sayuran yang mengandung banyak air yang jika dikonsumsi, dapat mencegah dehidrasi. Selain itu mentimun mengandung zat seperti : Vitamin B, Vitamin C, zat besi, dll, yang juga baik untuk kesehatan kulit. Bagaimana caranya?
  • Jika jerawat masih sedikit. Jika jerawat di wajah anda jumlahnya masih sedikit, anda hanya pelu mengiris mentimun menjadi beberapa bagian tipis. Setelah itu anda tempelkan di bagian kulit wajah yang ada jerawatnya, lalu biarkan selama 20-30 menit setelah itu bersihkan dengan air.
  • Jika jerawat sudah banyak. Berbeda halnya jika jerawat di wajah anda jumlahnya sudah banyak, maka caranya pun berbeda. Pertama anda siapkan mentimun, kemudian cuci mentimun hingga benar-benar bersih, setelah itu haluskan dengan cara diparut atau di blender. Kemudian jadikan masker, biarkan selama 20-30 menit. Terakhir, anda cuci bersih masker mentimun tersebut dengan air.

Menghilangkan jerawat dengan putih telur

Bagi anda yang tidak jijik dengan tips yang satu ini anda boleh mencobanya. Caranya, pecahkan beberapa telur dan pisahkan kuning dan putih telurnya. Ambil putih telurnya saja, kocok – kocok sebentar dan oleskan pada wajah anda. Sebelum dibilas, diamkan terlebih dahulu kira – kira 10-15 menit.

Pathway Tetanus


Penyakit Tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan.

Etiologi

Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya teteanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah.

Manifestasi Klinis

Gejala-gejala biasanya muncul dalam waktu 5-10 hari setelah terinfeksi, tetapi bisa juga timbul dalam waktu 2 hari atau 50 hari setelah terinfeksi. Gejala yang paling sering ditemukan adalah kekakuan rahang. Gejala lainnya berupa gelisah, gangguan menelan, sakit kepala, demam, nyeri tenggorokan, menggigil, kejang otot dan kaku kuduk, lengan serta tungkai.
Penderita bisa mengalami kesulitan dalam membuka rahangnya (trismus). Kejang pada otot-otot wajah menyebabkan ekspresi penderita seperti menyeringai dengan kedua alis yang terangkat. Kekakuan atau kejang otot-otot perut, leher dan punggung bisa menyebabkan kepala dan tumit penderita tertarik ke belakang sedangkan badannya melengkung ke depan. Kejang pada otot sfingter perut bagian bawah bisa menyebabkan sembelit dan tertahannya air kemih. Gangguan-gangguan yang ringan, seperti suara berisik, aliran angin atau goncangan, bisa memicu kekejangan otot yang disertai nyeri dan keringat yang berlebihan. Selama kejang seluruh tubuh terjadi, penderita tidak dapat berbicara karena otot dadanya kaku atau terjadi kejang tenggorokan. Hal tersebut juga menyebabkan gangguan pernafasan sehingga terjadi kekurangan oksigen. Biasanya tidak terjadi demam. Laju pernafaan dan denyut jantung serta refleks-refleks biasanya meningkat. Tetanus juga bisa terbatas pada sekelompok otot di sekitar luka. Kejang di sekitar luka ini bisa menetap selama beberapa minggu.

Pathway Tetanus

Patofisiologi Tetanus


Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman. Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh toksin kuman Clostridium tetani,yang ditandai dengan gejala kekakuan dan kejang otot.(Ritharwan,2004)

Patofisiologi Tetanus

Bila penyakit ini terjadi setelah luka tusuk yang dalam misalnya luka yang disebabkan oleh kuku, pecahan kaca, kaleng atau pecahan peluru, karena luka itu menimbulkan keadaan anaerob yang ideal. Selain itu juga oleh karena luka kecelakaan dan luka bakar yang menyebabkan keadaan anaerob yang ideal pula. Akan tetapi luka-luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga atau tonsil dan tractus digestivus, serta gigitan insek dapat pula merupakan tempat masuk (porte d’entrẻe) Clostridium tetani. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak R. S. T. M., otitis media perforata merupakan tempat masuk Clostridium tetani bila anamnestik tidak ada luka.

Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme,bekerja pada beberapa level dari susunan syaraf pusat, dengan cara :
  1. Toxin menghalangi neuromuscular transmission dengan cara menghambat pelepasan acethyl-choline dari terminal nerve di otot.
  2. Kharekteristik spasme dari Tetanus ( seperti strichmine ) terjadi karena toksin mengganggu fungsi dari refleks synaptik di spinal cord.
  3. Kejang pada Tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh cerebral ganglioside.
  4. Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik Nervous System (ANS ) dengan gejala : berkeringat, hipertensi yang fluktuasi, periodisiti takikhardia, aritmia jantung, peninggian cathecholamine dalam urine.
Kerja dari tetanospamin analog dengan strychninee, dimana ia mengintervensi fungsi dari arcus refleks yaitu dengan cara menekan neuron spinal dan menginhibisi terhadap batang otak.

Timbulnya kegagalan mekanisme inhibisi yang normal, yang menyebabkan meningkatnya aktifitas dari neuron Yang mensarafi otot masetter sehingga terjadi trismus. Oleh karena otot masetter adalah otot yang paling sensitif terhadap toksin Tetanus tersebut. Stimuli terhadap afferen tidak hanya menimbulkan kontraksi yang kuat, tetapi juga dihilangkannya kontraksi agonis dan antagonis sehingga timbul spasme otot yang khas .

Ada dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin, yaitu:
  1. Toxin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui axis silindrik dibawa ke cornu anterior susunan saraf pusat.
  2. Toxin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat. Toxin tersebut bersifat seperti antigen, sangat mudah diikat oleh jaringan saraf dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoxin spesifik. Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh antitoxin. Hal ini penting artinya untuk pencegahan dan pengobatan penyakit ini.
Toksin tetanospamin menyebar dari saraf perifer secara ascending bermigrasi secara sentripetal atau secara retrogard mcncapai CNS. Penjalaran terjadi didalam axis silinder dari sarung parineural. Teori terbaru berpendapat bahwa toksin juga menyebar secara luas melalui darah (hematogen) dan jaringan/sistem lymphatic

Masa Tunas

Biasanya 5-14 hari, tetapi kadang-kadang sampai beberapa minggu pada infeksi ringan atau kalau terjadi modifikasi penyakit oleh anti serum.

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Laboratorium pada Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman leptospira patogen. Gejala leptospirosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya seperti influensa, meningitis, hepatitis, demam dengue, deman berdarah dengue dan demam virus lainnya. Kuman leptospira masuk ke dalam tubuh penjamu melalui luka iris/luka abrasi pada kulit, konjungtiva atau mukosa utuh yang melapisi mulut, faring, osofagus, bronkus, alveolus dan dapat masuk melalui inhalasi droplet infeksius dan minum air yang terkontaminasi.

Penyakit leptospirosis mempunyai sinonim (nama lain): Autumnal fever, Conical fever, Canine typhus, Cane cutter’s fever, Flood fever, haemorrhagic jaundice, Icteric leptospirosis, Mud fever, Redwater of calves, Rice field fever, Stuttgard disease, Swamp fever, Swineherd’s disease, Trench fever dan demam kemih tikus.

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Laboratorium pada Leptospirosis antara lain :

Pemeriksaan Fisik

Gejala klinik menonjol yaitu: ikterik, demam, mialgia, nyeri sendi serta conjungtival suffusion.
Conjungtival suffusion dan mialgia merupakan gejala klinik yang paling sering ditemukan. Conjungtival suffusion bermanifestasi bilateral di palpebra pada hiri ke 3 selambatnya hari ke 7 terasa sakit dan sering disertai perdarahan konjungtiva unilateral ataupun bilateral yang disertai fotofobia dan injeksi faring; faring terlihat merah dan bercak-bercak.

Mialgia dapat sangat hebat, pemijatan otot betis akan menimbulkan nyeri hebat dan hiperestesi kulit.

Kelainan fisik lain yang ditemukan yaitu: hepatomegali, splenomegali, kaku kuduk, rangsang meningeal, hipotensi, ronki paru dan adanya diatesis hemoragi. Diatesis hemoragi timbul akibat proses vaskulitis difus di kapiler disertai hipoprotrombinemia dan trombositopenia, uji pembendungan dapat positif. Perdarahan sering ditemukan pada leptospirosis ikterik dan manifestasi dapat terlihat sebagai petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, dan ruam kulit. Ruam kulit dapat berwujud eritema, makula, makulopapula ataupun urtikaria generalisata maupun setempat pada badan, tulang kering atau tempat lain.


Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan laboratorium umum

Termasuk pemeriksaan laboratorium umum yaitu:
a) Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai leukositosis, normal atau menurun, hitung jenis leukosit, terdapat peningkatan jumlah netrofil. Leukositosis dapat mencapai 26.000 per mm3 pada keadaan anikterik.
Morfologi darah tepi terlihat mielosit yang menandakan gambaran pergeseran ke kiri.
Faktor pembekuan darah normal. Masa perdarahan dan masa pembekuan umumnya normal, begitu juga fragilitas osmotik eritrosit keadaannya normal. Masa protrombin memanjang pada sebagian pasien namun dapat dikoreksi dengan vitamin K. Trombositopenia ringan 80.000 per mm3 sampai 150.000 per mm3 terjadi pada 50 % pasien dan berhubung dengan gagal ginjal, dan pertanda penyakit berat jika hitung trombosit sangat rendah yaitu 5000 per mm 3. Laju endapan darah meningi, dan pada kasus berat ditemui anemia hipokromia mikrositik akibat perdarahan yang biasa terjadi pada stidium lanjut perjalanan penyakit.
b) Pemeriksaan fungsi ginjal
Pada pemeriksaan urin terdapat albuminuria dan peningkatan silinder ( hialin, granuler ataupun selular) pada fase dini kemudian menghilang dengan cepat. Pada keadaan berat terdapat pula bilirubinuria, yang dapat mencapai 1 g/hari dengan disertai piuria dan hematuria. Gagal ginjal kemungkinan besar akan dialami semua pasien ikterik. Ureum darah dapat dipakai sebagai salah satu faktor prognostik, makin tinggi kadarnya makin jelek prognosa. Peningkatan ureum sampai di atas 400 mg/dL. Proses perjalanan gagal ginjal berlangsung progresif dan selang 3 hari kemudian akan terjadi anuri total. Ganguan ginjal pada pasien penyakit Weil ditemukan proteinuria serta azotemia, dan dapat terjadi juga nekrosis tubulus akut. Oliguria: produksi urin kurang dari 600 mL/hari; terjadi akibat dehidrasi, hipotensi.
c) Pemeriksaan fungsi hati
Pada umumnya fungsi hati normal jika pasien tidak ada gejala ikterik. Ikterik disebabkan karena bilirubin direk meningkat. Gangguan fungsi hati ditunjukkan dengan meningkatnya serum transaminase (serum glutamic oxalloacetic transaminase = SGOT dan serum glutamic pyruvate transaminase = SGPT). Peningkatannya t idak pasti, dapat tetap normal ataupun meningkat 2 – 3 kali nilai normal. Berbeda dengan hepatitis virus yang selalu menunjukkan peningkatan bermakna SGPT dan SGOT. Kerusakan jaringan otot menyebabkan kreatinin fosfokinase juga meningkat. Peningkatan terjadi pada fase-fase awal perjalanan penyakit, rata-rata mencapai 5 kali nilai normal. Pada infeksi hepatitis virus tidak dijumpai peningkatan kadar enzim kreatinin fosfokinase.


2. Pemeriksaan laboratorium khusus

Pemeriksaan laboratorium khusus untuk mendeteksi keberadaan kuman leptospira dapat secara langsung dengan mencari kuman leptospira atau antigennya dan secara tidak melalui pemeriksaan antibodi terhadap kuman leptospira dengan uji serologis

a) Pemeriksaan langsung:
1) Pemeriksaan mikroskopik dan immunostaining
Pemeriksaan langsung dapat mendeteksi kuman leptospira dalam darah, cairan prtoneal dan eksudat pleura dalam minggu pertama sakit, khususnya antara hari ke 3 – 7, dan di dalam urin pada minggu ke dua, untuk diagnosis definitif leptospirosis.
Spesimen urin diambil dengan kateter, punksi supra pubik dan urin aliran tengah, diberi pengawet formalin 10 % dengan perbandingan 1:4. Bila jumlah spesimen banyak dilakukan dua kali pemusingan untuk memperbesar peluang menemukan kuman leptospira. Pemusingan pertama dilakukan pada kecepatan rendah, misalnya 1000 g selama 10 menit untuk membuang sel, dilanjutkan dengan pemusingan pada kecepatan tinggi antara 3000 – 4000 g selama 20 – 30 menit agar kuman leptospira terkonsentrasi, kemudian satu tetes sedimen (10 -20 mL) diletakkan di atas kaca obyek bersih dan diberi kaca [penutup agar tersebar rata.
Selain itu dapat dipakai pewarnaan Romanowsky jenis Giemsa, dan pewarnaan perak yang hasilnya lebih baik dibanding Gram dan Giemsa (kuman leptospira lebih jelas terlihat).
Pewarnaan imunofluoresein lebih disukai dari pada pewarnaan perak karena kuman leptospira lebih muda terlihat dan dapat ditentukan jenis serovar. Kelebihan pewarnaan imunofluoresein dapat dicapai tanpa mikroskop fluoresein dengan memakai antibodi yang telah dilabel enzim, seperti fosfotase dan peroksidase atau logam seperti emas.

2) Pemeriksaan molekuler
Pemeriksaan molekuler dengan reaksi polimerase berantai untuk deteksi DNA kuman leptospira spesifik dapat dilakukan dengan memakai primer khusus untuk memperkuat semua strain patogen. Spesimen dari 2 ml serum, 5 mL darah tanpa antikoagulan dan 10 mL urin.
C, dry°Spesimen tersebut dikirim pada suhu – 70 C dalam waktu singkat. Urin dikirim°ice, atau suhu 4 C.°pada suhu 4
3) Biakan
Spesimen diambil sebelum pemberian antibiotik. Hasil optimal bila darah, cairan serebrospinal, urin dan jaringan postmortem segera ditanam ke media, kemudian dikirim ke laboratorium pada suhu kamar.
4) Inokulasi hewan percobaan
Kuman leptospira virulen dapat menginfeksi hewan percobaan, oleh karena itu hewan dapat dipakai untuk isolasi primer kuman leptospira. Umumnya dipakai golden hamsters (umur 4 – 6 minggu) dan marmut muda ( 150 – 175 g), yang bukan karier kuman leptospira.

b) Pemeriksaa tidak langsung / serologi

Berbagai jenis uji serologi dapat dilihat seperti pada tabel 4.

Jenis uji serologi:
  • Microscopic agglutination test (MAT) Microscopic slide agglutination test (MSAT)
  • Uji carik celup:
    • LEPTO Dipstick
    • LeptoTek Lateral Flow Enzyme linked immunosorbent assay (ELISA)
  • Aglutinasi lateks Kering
  • (LeptoTek Dri – Dot) Microcapsule agglutination test
  • Indirect fluorescent antibody test (IFAT) Patoc – slide agglutination test (PSAT)
  • Indirect haemagglutination test (IHA) Sensitized erythrocyte lysis test (SEL)
  • Uji Aglutinasi lateks Counterimmunelectrophoresis (CIE)
  • Complement fixation Test (CFT)

Jaundice / Penyakit Kuning - Pengertian, Komplikasi, Tanda dan Gejala

Penyakit kuning (juga dikenal sebagai ikterus) adalah pigmentasi kekuningan pada kulit, selaput konjungtiva atas sklera yang (putih mata), dan membran mukosa lain yang disebabkan oleh kadar bilirubin darah tinggi. Hiperbilirubinemia ini kemudian menyebabkan tingkat peningkatan bilirubin dalam cairan ekstraseluler. Konsentrasi bilirubin dalam plasma darah biasanya di bawah 1,2 mg / dL (kurang dari 25μmol / L). Konsentrasi tinggi dari sekitar. 3 mg / dL (lebih dari 50μmol / L) menyebabkan penyakit kuning. Penyakit kuning istilah berasal dari kata Perancis jaune, yang berarti kuning.

Penyakit kuning sering terlihat pada penyakit hati seperti hepatitis atau kanker hati. Hal ini juga dapat menunjukkan leptospirosis atau obstruksi saluran empedu, misalnya dengan batu empedu atau kanker pankreas, atau kurang umum menjadi bawaan pada asal (atresia misalnya, bilier).

Perubahan warna kuning pada kulit, terutama pada telapak tangan dan telapak, tetapi bukan dari sclera dan selaput lendir (misalnya rongga mulut) adalah karena kondisi berbahaya penting untuk membedakan dari penyakit kuning yang karotenemia.

Tanda dan gejala

Gejala utama penyakit kuning adalah warna kekuningan dari area putih mata dan kulit. Urin berwarna gelap.

Konjungtiva mata adalah salah satu jaringan pertama yang berubah warna saat kadar bilirubin meningkat pada ikterus. Hal ini kadang-kadang disebut sebagai ikterus scleral. Namun, sclera sendiri tidak "icteric" (diwarnai dengan pigmen empedu) melainkan selaput konjungtiva yang berbaring di atas mereka. Menguning dari "putih mata" demikian lebih tepat disebut ikterus konjungtiva. Istilah "ikterus" itu sendiri terkadang salah digunakan untuk merujuk pada penyakit kuning yang tercatat di sclera mata, namun arti yang lebih umum dan lebih benar adalah sepenuhnya identik dengan penyakit kuning.

Komplikasi

Komplikasi penyakit kuning termasuk sepsis terutama kolangitis, sirosis bilier, pankreatitis, koagulopati, ginjal dan gagal hati. Komplikasi lain yang terkait dengan penyakit yang mendasari dan prosedur yang digunakan dalam diagnosis dan manajemen penyakit individu. Kolangitis, terutama jenis supuratif (trias Charcot atau pentad Reynolds '), biasanya sekunder untuk choledocholithiasis. Hal ini juga dapat mempersulit prosedur seperti ERCP. Pengobatan harus mencakup koreksi koagulopati, anomali cairan / elektrolit, antibiotik dan drainase bilier dengan ERCP mana tersedia atau drainase trans-hati atau operasi.