Jumat, 27 Maret 2015

Askep BBLR - Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Rasional


Diagnosa Keperawatan I : Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas pusat pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/ kelelahan, ketidakseimbangan metabolik

Tujuan :
  • Pola nafas efektif.

Kriteria Hasil :
  • RR 30-60 x/mnt
  • Sianosis (-)
  • Sesak (-)
  • Ronchi (-)
  • Whezing (-)
Intervensi :

Mandiri:
1. Kaji frekwensi pernafasan dan pola pernafasan.
R/ : Membantu dalam membedakan priode perputaran pernafasan yang normal.

2. Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan.
R/ : Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan nafas.

3. Pertahankan suhu tubuh optimal.
R/ : Hanya sedikit peningkatan atau penurunan suhu lingkungan dapat menimbulkan apnea.

4. Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok di bawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiperekstensi.
R/ : Posisi ini dapat memudahkan pernafasan dan menurunkan episode apnoe, khususnya adanya hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnea.

Kolaborasi:
1. Pantau pemeriksaan laboratory (GDA, glukosa serum, elektrolit).
Berikan oksigen sesuai indikasi.
R/ Hipoksia,asidosis metabolik, hiperkapnea, hipoglikemia, hipopkalsemia, dan sepsis dapat memperberat serangan apnoe.

2. Berikan oksigen sesuai indikasi
R/ : Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan fungsi pernafasan.



Diagnosa Keperawatan II : Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu dan berkurangnya lemak subcutan didalam tubuh.

Tujuan :
  • Suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil :
  • Suhu 36-37 C.
  • Kulit hangat.
  • Sianosis (-)
  • Ekstremitas hangat
Intervensi :

Mandiri
1. Observasi tanda-tanda vital.
R/ : Hiopotermia membuat bayi cenderung pada stress.

2. Tempatkan bayi pada inkubator.
R/ : Mempertahankan lingkungan termo netral membantu mencegah stress dingin.

3. Ganti pakaian setiap basah.
R/ : Mencegah kehilangan cairan melalui evavorasi.

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian D-10 W dan ekspander volume secara intra vena bila diperlukan.
R/ : Pemberian dextrose mungkin perlu untuk memperbaiki hipoglikemia,hipotensi karena vasodilatasi perifer.

2. Berikan obat-obatan sesuai indikasi fenobarbital, natrium bikarbonat
R/ : Membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan fungsi SSP yang disebabkan oleh hipertermia, memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hipotermia dan hipertermia.



Diagnosa Keperawatan III : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur.

Tujuan :
  • Infeksi tidak terjadi.

Kriteria Hasil :
  • Suhu 36-37 C
  • Tidak ada tanda-tanda infeksi
  • Leukosit 5.000–10.000
Intervensi :

Mandiri
1. Tingkatkan cara-cara mencuci tangan pada staf, orang tua dan pekerja lain.
R/ : Mencuci tangan adalah praktik yang penting untuk mencegah kontaminasi.

2. Pantau pengunjung akan adanya lesi kulit.
R/ : Penularan penyakit pada neonatus dari pengunjung dapat terjadi secara langsung.

3. Kaji bayi terhadap tanda-tanda infeksi, misalnya : suhu, letargi atau perubahan perilaku.
R/ : Bermanfaat dalam mendiagnosa infeksi.

4. Lakukan perawatan tali pusat sesuai kit.
R/ : Penggunaan dye dapat membantu mencegah kolonisasi.

5. Berikan ASI untuk pemberian makan bila tersedia.
R/ : ASI mengandung Ig. A, makrofag, limfosit dan netropil yang memberikan beberapa perlindungan dari infeksi.

Kolaborasi
1. Berikan antibiotika sesuai indikasi
R/ : Mengatasi infeksi pernafasan atau sepsis.


Diagnosa Keperawatan IV : Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna nutrisi (Imaturitas saluran cerna)

Tujuan :
  • Nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
  • Reflek hisap dan menelan baik
  • Muntah (-)
  • Kembung(-)
  • BAB lancar
  • Berat badan meningkat 15 gr/hr
  • Turgor elastis.

Intervensi :

Mandiri
1. Timbang berat badan bayi saat menerima di ruangan perawatan dan setelah itu setiap hari.
R/ : Menetapkan kebutuhan kalori dan cairan sesuai dengan BB dasar yang sesuai/ normal turun sebanyak 5%-10 % dalam 3-4 hari pertama dari kehidupan karena keterbatasan masukan oral.

2. Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen, dan perilaku menghisap.
R/ : Indikator yang menunjukkan neonatus lapar.

3. Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5-15 ml air steril, kemudian dextrose dan air sesuai protokol rumah sakit.
R/ : Pemberian makanan awal membantu memenuhi kebutuhan kalori dan cairan.

Kolaborasi
1. Berikan glukosa dengan segera peroral atau intravena bila kadar dextrostik kurang dari 45 mg/dl.
R/ : Bayi mungkin memerlukan suplemen glukosa untuk meningkatkan kadar serum.